Gersang saat siang, keueung
saat malam, itulah suasana di kawasan Terusan Pasir Koja. Ia hanya akan
sedikit ramai dengan beberapa gerobak dan kios jajanan murah meriah, ketika
sudah mendekati area Bojong Loa. Maka dari itu, saat ada sebuah bangunan megah
bercahaya, serta riuh manusia dan kendaraan yang keluar-masuk, bisa dipastikan
menjadi sesuatu hal yang sangat mencolok. Itulah Warung Wakaka, sebuah café baru
yang beroperasi 24 jam, yang kini menjadi salah satu tempat nongkrong paling recommended versi saya di Bandung.
Awalnya saya mengira Warung Wakaka ini sama dengan Warung
WKWK yang sempat diulas Dewa Eka Prayoga dalam konten Bedah Bisnis di channel
youtube-nya. Apalagi Warung Wakaka ini ditulis Warung W.K.K. Padahal
keduanya brand yang berbeda.
Dari konsep yang ditawarkan, sekilas memang Warung Wakaka
ini mencoba mengadopsi konsep tempat yang dibangun CRP (Citarasa Prima) Group
dengan Warunk Upnormalnya. Tapi ternyata, positioning
bisnis antara keduanya sangatlah berbeda. Bila Warunk Upnormal lebih banyak
dikunjungi oleh segmen anak-anak muda usia sekolah, dan kuliah, di Warung
Wakaka ini saya lebih sering melihat pengunjung dari kalangan keluarga.
Di samping pemilihan lokasinya yang bikin heran, outlet pertama
Warung Wakaka yang dibuka di Bandung ini langsung menggunakan area yang sangat
luas. Dari tiga digit nomor meja yang saya dapatkan pun sepertinya tempat
mereka ini bisa muat hingga lebih dari seratus lebih pengunjung. Padahal, jarak
antar mejanya pun tidak terlalu rapat. Yang berarti, bila mereka mau,
sebetulnya mereka bisa menambah banyak meja lagi untuk menambah kapasitas
pengunjung, dan mendatangkan lebih banyak cuan.
Tapi justru inilah poin yang saya sukai. Mereka memperhatikan pula
kenyamanan pengunjung.
Poin plusnya bukan cuma soal jarak antar meja, namun juga
dari segi pelayanan yang sangat prima. Sudah tiga kali saya mampir kemari, dan
selalu memilih meja di lantai dua. Dan di setiap lantai, dan ruangannya, mereka
selalu menempatkan minimal satu orang person
in charge yang siap membantu pemesanan menu, ataupun menangani complain bila ada hal yang berjalan
tidak sesuai dengan sangat ramah. Tentu ini faktor lain yang bisa memberikan
rasa senang terhadap customer, termasuk
saya. Karena di beberapa tempat makan
yang sering saya kunjungi, tak jarang saya harus naik-turun tangga untuk sekadar
menanyakan soal menu, ataupun memesan hidangan.
Untuk segi harga, nominalnya memang agak sedikit lebih
tinggi dibandingkan café-café sejenis. Tapi masih tergolong murah kok. Harga
menu makanan berat mulai dari Rp25.000-an. Karena menu yang disajikan bukanlah
sajian fine dining juga. Dan yang
terpenting adalah rasanya enak. Padahal sangat jarang ada tempat yang enak
untuk nongkrong, namun makanannya enak pula. Biasanya kalau tempatnya enak,
makanannya B’ aja.
Pilihan menunya sebetulnya tidak banyak. Untuk menu basic pun masih berkutat dengan
pernasigorengan, per-ricebowl-an,
serta per-emihan. Yang beda? Tentu
dari rasanya. Mereka tidak sekadar mencampurkan segala macam rasa hingga
memunculkan sebuah menu kolaborasi unik bin
nyeleneh. Racikannya terasa diperhatikan dengan seksama, sehingga
betul-betul bisa dinikmati. Plating-nya
dibuat cantik, agar bisa dibedakan pula dengan nasi goreng ataupun mie rebus
yang kita bisa buat sendiri di rumah. Sepertinya untuk seluruh bumbu yang
digunakan pun, mereka betul-betul menciptakan dan mengolahnya sendiri. Jadi
rasanya akan jauh berbeda dengan kebanyakan menu yang dihidangkan di café-café lainnya.
Sebagai catatan, menu makanan berat mereka hampir selalu punya cita rasa pedas.
Nasi goreng salted egg yang kata mbanya
regular/bukan pedas pun sudah memberikan efek kejut di mulut, yang berlanjut
dengan keringat yang menetes di pelipis, serta lendir yang mulai memaksa keluar
dari lubang hidung.
Salah satu cara penyajian menu mie rebus di Warung Wakaka Bandung |
Di samping menu makanan berat basic yang dihidangkannya, mereka juga menyediakan aneka makanan manis seperti roti, dan martabak manis, serta tentu aneka minuman dingin hits, seperti latte, thai tea, dan boba drink. Ciri khas lain dari menu yang disajikannya terletak pada pilihan porsi yang disajikannya. Mereka selalu menawarkan pilihan porsi regular atau jumbo sebagai opsi. Bahkan untuk menu Sate Taichan, mereka menawarkan mulai dari 10 tusuk, hingga 99 tusuk. Itu artinya, mereka betul-betul memosisikan diri sebagai tempat nongkrong yang asyik buat makan rame-rame.
Selain area dine in yang
sebetulnya sudah cukup luas, mereka juga menyisihkan sebagian luas tempat
mereka untuk membangun sebuah panggung. Biasanya panggung yang juga cukup besar
tersebut mereka gunakan untuk menggelar live
music pada momen malam minggu. Tapi saya rasa, dengan segala fasilitasnya, kalau
misal Warung Wakaka ini digunakan sebagai tempat gathering pun akan sangat cocok.
Buat saya kehadiran Warung Wakaka bukan hanya soal alternatif
tempat makan enak dan nongkrong nyaman murah meriah. Namun Hal paling penting,
lokasinya sangat dekat dengan tempat tinggal saya di Pagarsih. Mau hang out, tinggal cuss, kurang dari lima menit sampai. :D
0 komentar:
Posting Komentar