“Ayo kita ke Lembang Zoo, belajar konservasi satwa liar Indonesiaa..Lembang Zoo..Lembang Zoo..~”
Ah, ya, kalimat di atas ini memang hanya dapat diresapi oleh kalian
yang sudah pernah berkunjung ke Lembang Park & Zoo seperti saya. Membacanya
saja sudah seperti mendengar suaranya langsung. Begitulah bunyi jingle tempat wisata baru di Bandung yang punya nada mirip dengan jingle Borma.
Ya, mungkin karena satu grup manajemen dengan Game Master dan Story Land yang
biasa menguasai mall/department store, jadi lagunya bikin kita serasa mau belanja. Mungkin ke depannya bisa sedikit
mencontoh jingle Dufan saja lah ya.
Di luar persoalan theme
song, Lembang Park & Zoo ini sejak awal kemunculannya akhir 2019 lalu,
cukup banyak menarik perhatian saya, karena akhirnya ada sebuah wisata kebon
binatang alternatif baru di Bandung, selain yang ada di kawasan Taman Sari. Btw, biarkan saya tulis “kebon binatang
saja” ya, karena kalau “kebun binatang”, berarti nanti singkatannya jadi Bunbin.
Memang, Kebon Binatang Bandung Taman Sari yang legend untuk kebanyakan orang sebaya
saya ini sudah mulai berbenah dalam beberapa tahun terakhir. Tapi karena sudah
menjadi salah satu template tujuan
banyak keluarga saat liburan, mampir ke sana jelas bukan pilihan, bila
menghendaki sebuah quality time yang
nyaman untuk jalan-jalan.
Harga tiket masuk ke Lembang Park & Zoo ini Rp35.000
untuk weekdays, dan Rp40.000 untuk weekend. Sama lah dengan rate HTM di Bonbin Bandung saat ini. Harga yang menurut saya sangat worth it untuk dapat menikmati rekreasi di
wahana edukasi fauna yang luas dan banyak ragam. Namun sayangnya, agak kurang
banyak pepohonan rimbun di dalam areanya. Sehingga, saat posisi matahari sudah
berada persis di atas kepala, udaranya mulai terasa ngaheab dan ngabelentrang.
Bila memang terasa berat, tapi punya kocek lebih, boleh lah menyewa e-scooter empat roda yang bisa digunakan untuk satu keluarga berencana. Untuk sewa per
jamnya dikenai biaya Rp120.000. Kalau saya sih yaa… pilih menikmati berjalan
kaki saja. Biar bisa turun sekilo-dua kilo (padahal memang masih merasa manglebarkeun kana artosna, tiasa diangge nu
sanes). Selain e-scooter dengan
kapasitas rombongan, ada juga e-scooter untuk
single user yang disewakan dengan
biaya Rp75.000/jam. Tapi sebaiknya
bila anak-anak yang menggunakan, perlu pengamatan penuh dari orang tua.
E-scooter yang disewakan kepada pengunjung Lembang Park & Zoo |
Langkah pertama dari gerbang masuk, kita akan langsung
diperlihatkan pemandangan danau berukuran sedang, dengan beberapa perahu boseh
yang bisa disewa, serta arena bermain yang sepertinya dikhususkan untuk
pengunjung balita. Tentu hal ini kurang menarik bagi saya, karena wahana
seperti ini sudah cukup banyak dibuat oleh banyak tempat wisata di Bandung.
Lalu ada beberapa patung gajah yang rasa-rasanya familiar
mukanya. Entah benar atau tidak, tapi mungkin patung gajah ini pernah saya
lihat berjejer di Jl. Sersan Bajuri, tepatnya di sekitaran gerbang masuk
Kampung Gajah Wonderland saat masih Berjaya dulu. Padahal di Lembang Park &
Zoo ini belum ada hewan gajah, lho. Memang kebon binatang ini terlihat belum
sepenuhnya rampung pengerjannya. Belum ada banyak hewan-hewan besar, ataupun
hewan-hewan bertipe predator, kecuali buaya, dan elang, erta beberapa kawasan
terlihat masih sibuk dibangun kandangnya. Mudah-mudahan saja saat grand opening nanti, ragam hewannya bisa
lebih lengkap. Karena dari yang saya rasakan, orang dewasa seperti saya pun
masih merasa excited lho saat melihat
bentuk indah, dan gerak-gerik unik hewan-hewan ini. Terutama hewan-hewan yang
sebelumnya belum pernah dilihat langsung, seperti Burung Unta, Binturong, dan
Cendrawasih.
Kalau untuk area favorit
bagi saya sih kandang burung-burung besar. Jenis burung-burung yang ada di
dalamnya ini rata-rata bisa ditemukan juga di Bird and Bromelia Pavilion yang
ada di kawasan Pramestha Dago, tapi bedanya, semua burung di sini berkeliaran
bebas tanpa dirantai dalam sebuah kandang yang sangat besar, sehingga kita bisa
langsung berinteraksi dengan para burung-burung ini. Adakala mereka pun bisa
terbang berseliweran di dekat kita, saat berjalan di kawasan ini. Beberapa
jenis burung seperti Kakatua, dan Macauw pun bisa diajak langsung berfoto
dengan bertengger di lengan kita, dan bahkan tanpa bantuan penjaga di sini.
Mereka bisa nerekel sorangan ke atas
tangan kita, bahkan tanpa kita minta. Kalaupun ada penjaga yang membantu,
justru untuk membantu meyakinkan kalau burung-burung yang akan diajak berfoto
itu ramah. Kalau ada yang memang tidak bisa diajak berfoto, pasti gesture burung tersebut akan berbeda.
Di samping area burung-burung besar, ada juga kandang burung
kecil yang bisa kita beri makan langsung kuaci, ataupun wortel yang disediakan.
Lalu ada juga area reptile yang
memiliki berbagai jenis hewan yang juga cukup menarik. Tempatnya sendiri
didesain seperti sebuah gua, dengan beberapa kaca aquarium, dengan atap yang
sudah diberi akses cahaya matahari langsung. Beberapa di antaranya tentu sudah
tidak asing, karena zaman sekarang reptile
ini sudah bisa, dan banyak dipelihara di rumah, mulai dari ular python, iguana, kura-kura, tokek, sampai
bearded dragon lizard. Tapi yang
paling menarik adalah Tegu Merah Argentina sih. Pertama kalinya saya melihat reptile yang badannya mirip biyawak,
tapi mukanya mirip trenggiling. Sementara kandangnya dibuat tandus, berisikan pasir dan jerami
saja.
Sayangnya, karena memang masih dalam tahap pengembangan,
beberapa kandang hewan ini hanya diberi nama menggunakan kertas biasa yang
dicetak, tanpa berisi keterangan, sehingga beberapa di antaranya sudah ada yang
mulai luntur dan tak terbaca. Walaupun begitu, separuh dari kandang hewan
lainnya sudah memakai infographic sign yang
sangat informatif dan canggih. Contohnya hewan-hewan yang berada di kandang
burung besar. Semua spesies burung di sana selain bisa kita ketahui namanya,
dapat juga kita dapatkan informasi habitat aslinya, makanannya, rentang waktu
rata-rata masa hidupnya, hingga status keberadaannya di dunia, apakah ia spesies
yang cukup masih banyak ditemukan, langka, atau terancam punah. Infografis ini
pun bisa langsung diakses bagi pengguna smartphone
(yang sepertinya hampir semua orang sudah pakai), dengan memindai barcode yang tersedia di masing-masing sign board.
Untuk fasilitas pendukung, seperti toilet, mushola, dan kios
makanan, tersedia cukup di beberapa titik area. Tapi, kios-kios makanan ini
kebanyakan hanya menjual makanan-makanan ringan. Bila menginginkan makanan yang
agak berat seperti nasi, dan kentang goreng, kita bisa mampir ke café yang
berada tak jauh dari danau buatan.
Dari beberapa café yang tersedia, saya memilih untuk
mendatangi Neko Cat Café yang saya pikir akan sangat unik. Tapi rupanya, area
café dan rumah kucing itu dibuat terpisah. Ya mungkin tentu agar
makanan-makanan yang kita pesan tidak terkontaminasi bulu-bulu kucing yang
gampang rontok. Harga makanannya standar lah, mulai dari 10.000-18.000an untuk
cemilan, dan minuman, serta Rp25.000an untuk pilihan makanan berat.
Ternyata untuk masuk ke rumah kucing ini kita harus membayar
lagi tiket yang dijual Rp30.000/orang. Sebelum masuk, kita harus membasuh
tangan kita dengan cairan disinfektan, serta menggunakan sandal slipper yang
disediakan di tempat pembelian tiket. Mungkin ada sekitar 30an ekor kucing yang
berkeliaran bebas di sini dengan species berbeda-beda. Ada kucing kampung,
kucing angora, kucing Persia, dan beberapa kucing lainnya yang tidak bisa saya
sebutkan, karena memang saya tidak tahu, dan tidak bertanya. Tapi beberapa di
antaranya memiliki keunikan, seperti ada yang wajah dan motif bulunya mirip
dengan harimau, hingga kucing yang warna matanya berbeda antara kiri dan kanan.
Yang kanan berwarna biru, sedang yang kiri berwarna hijau.
Seekor kucing unik di Neko Cat Cafe Lembang Park & Zoo yang memiliki dua warna mata yang berbeda satu sama lain |
Sambil bermain-main dengan kucing tersebut (bagi yang suka
kucing), bisa juga menikmati dengan grais cemilan berupa kue-kue kering yang
dimasukkan dalam toples. Sepertinya jenis makanan dalam toples seperti ini
lebih aman dinikmati di dalam. Lalu ada juga makanan-makanan kucing sachet-an yang harga jualnya lebih dari
dua kali lipat seporsi rice bowl, dan
segelas kopi yang dijual di café luar, beuh. Selain itu ada beberapa
merchandise yang juga bisa dibeli, seperti gelang berbandul siluet kucing,
ataupun t-shirt bergambar kucing. Saya suka kucing, tapi termasuk agak malas
sih kalau beli ataupun memakai barang-barang all about cat seperti ini.
Neko Cat Cafe di Lembang Park & Zoo memiliki aneka spesies kucing |
Hampir semua area sudah disambangi, tinggal pintu keluar
saja yang tentu belum dilewati. Saat melintasi gerbang, ada sedikit kejutan
juga dari pengelola. Setiap pengunjung yang keluar diberi bingkisan berisikan
jajanan anak, layaknya usai mengunjungi pesta ulang tahun anak tetangga
sebelah. Mungkin ini hanya sebuah hal kecil, namun cukup memberikan rasa senang.
Karena artinya, manajemen Lembang Park & Zoo memerhatikan value added service untuk pengunjungnya.
Belum saat akan mengambil motor di area parkir, petugas penjaga parkirnya pun
menanyakan pengalaman saat berada di dalam dengan ramah. Tak lupa, ia
memberikan sticker yang tentu saya tau akan menjadi sebuah branding promotion yang bagus untuk ditempel di belakang kendaraan.
Bagi kalian yang mencari alternatif wisata edukasi wisata di
Bandung, Lembang Park & Zoo adalah salah satu pilihan terbaik, dengan harga
yang pantas. Setidaknya lebih baik dari tempat wisata yang setiap masuk satu jenis
kandang hewan harus bayar tiket kembali, hehe. Buat yang sudah beranak pinak
tentu akan menyenangkan untuk liburan keluarga, dan bagi yang masih duo,
ataupun solo, tetap akan memberikan rasa seru saat melihat tingkah polah hewan
yang menggemaskan.
Lembang Park & Zoo
Jl. Kolonel Masturi No. 171, Lembang
Senin-Jumat: 09.00-17.00 WIB
Sabtu-Minggu: 08.00-18.00 WIB
Jl. Kolonel Masturi No. 171, Lembang
Senin-Jumat: 09.00-17.00 WIB
Sabtu-Minggu: 08.00-18.00 WIB
0 komentar:
Posting Komentar