Karena pada
tiga tahun terakhir energi untuk menulis blog sempat dialihkan ke main role sebagai content writer di sebuah media, maka, beberapa pengalaman menarik
yang belum sempat tercatat ini barulah bisa dituangkan setelah melewati puluhan
purnama. Contohnya saja saat backpacker-an
keliling Tasikmalaya pada April 2018 lalu. Tasik memang bukan daerah tujuan
populer untuk backpacker, tapi bukan
berarti tak ada hal atraktif yang bisa ditemui. Ditambah, tempat bernaung yang
terjamin, karena Wildan, seorang sobat semasa kuliah menawarkan saya untuk
tinggal di rumahnya selama tiga hari.
Baca juga: Explore Tasikmalaya Part 2: Santri, Masjid, dan Cirahong
Baca juga: Explore Tasikmalaya Part 2: Santri, Masjid, dan Cirahong
Bagian
pertama ini, khusus saya dedikasikan ke tempat tujuan kuliner Tasikmalaya yang
awalnya saya kira hanya terkenal dengan Bakso dan Cimol. Satu di antaranya
tentu saya coba jajal. Bakso Laksana dan Bakso Firman adalah dua nama kedai
bakso yang diajukan Wildan ke saya. Pilhan pun jatuh ke Bakso Firman. Alasannya
karena selain Bakso Laksana terkenal karena harganya yang premium, Bakso Firman
lebih unik karena menyajikan bakso yang betul-betul dapat disebut meatball secara harfiah.
Bakso
Firman ini terletak di Simpang Lima Tasikmalaya, tak begitu jauh dari Alun-Alun
Tasikmalaya. Harganya cukup terjangkau, masih tak jauh berbeda dengan seporsi
mie bakso di Bandung. Hanya dengan Rp20.000, saya sudah bisa mendapat semangkuk
mie yamin dengan dua buah bakso urat yang menggoda.
Sesuai
dengan apa yang diceritakan Wildan, Bakso Firman ini benar-benar literally meat ball. Bentuknya tidak
bundar, karena terdiri dari mungkin hampir 100% gumpalan daging. Kalaupun
menggunakan tepung, saya rasa hanya sedikit sekali komposisinya. Sejujurnya,
untuk Bakso Firman ini saya lupa memotretnya. Tapi gambarnya cukup bisa dengan
mudah kawan-kawan temukan dengan mengetik keyword
nama kedai bakso tersebut.
Soal rasa,
Bakso Firman ini merupakan bakso urat ter-juicy
yang pernah saya makan. Rasanya seperti mengigit sebuah steak medium well dengan rasa micin. Dengan
rasa yang ditawarkannya, tak heran tempat ini dipenuhi pengunjung. Padahal,
untuk ukuran kedai bakso pun, tempatnya sudah terbilang sangat luas.
Bakso
Firman ini merupakan tempat kuliner rekomendasi kedua setelah Nasi Tutug Oncom
Benhil. Entah mengapa namanya Benhil. Mengingatkan akan Singkatan dari kawasan
Bendungan Hilir di Jakarta. Lokasinya berada di Kampus UPI Tasikmalaya, Dadaha.
Saat mobil yang dibawa Wildan mendekat ke TKP, Wildan berujar, “semoga kabagean
keneh, biasana jam setengah 9 ge geus tutup, soalna rame pisan.”
Suasana di Kedai Tutug Oncom Benhil Tasikmalaya |
Kalimat yang Wildan ucapkan memang benar adanya. Dari jarak 70 meter pun, saya sudah tahu lokasi tepat Tutug Oncom Benhil. Kerumunan orang yang mengantre hingga ke jalan cukup bisa dijadikan penanda.
Tempat
berjualan Tutug Oncom Benhil ini tidak besar, tapi memiliki luas yang cukup
untuk pengunjung bisa dine in. Satu
porsi kurang, tapi kalau dua kebanyakan. Mungkin itu istilah tepat yang bisa
disematkan pada makanan ini. Mau seenak apapun, namanya karbo tetap bisa bikin
kita cepat kenyang. Seporsinya hanya dibuat dengan takaran satu mangkuk kecil.
Tapi bisa juga hal ini merupakan sebuah strategi bisnis belaka. Agar setidaknya
orang yang datang kemari minimal membeli dua porsi Tutug Oncom. Walaupun
begitu, harganya tidak mahal, kok. Satu porsinya dihargai Rp6.000 saja. Jumlah
kocek tersebut sudah bisa membuat kita mencicipi Nasi Tutug Oncom dengan dua
jenis sambal, dan dua cipeu (tempe goreng).
Satu porsi Tutug Oncom Benhil Tasikmalaya |
Saya
sebetulnya pukan penggemar makanan berbahan oncom. Bila beli serabi pun, oncom
jelas bukan pilihan. Tapi beda halnya dengan Nasi Tutug Oncom Benhil ini. Rasa oncomnya
terasa lebih mild, dan punya ciri
khas yang lebih adaptable di lidah.
Bumbunya pas, sangat menyatu dengan nasi hangat yang disajikan. Karena tidak
mungkin menghabiskan lebih dari dua porsi, maka saya menutuskan bila suatu saat
mampir lagi ke Tasikmalaya, Tutug Oncom Benhil akan menjadi tempat persinggahan
kuliner saya. Dan mulai saat itu, saya mentasbihkan Tutug Oncom Benhil sebagai
sarapan pagi terfavorit saya selama hidup.
Selain
Bakso Firman, dan Tutug Oncom Benhil, masih banyak kuliner lain yang
direkomendasikan Wildan ke saya. Namun waktu, dan budget yang membatasi. Selama di Tasik, saya juga sempat mencoba cemilan
Makaroni yang menurut saya keterlaluan pedasnya, dan kupat tahu yang rasanya
tidak begitu istimewa untuk ditulis, sehingga saya pun lupa. Wildan juga
merekomendasikan untuk mencoba Rammona Bakery yang katanya enak sekali.
Sayangnya saat itu, toko tersebut sedang tutup. Namun belakangan, saya
mengetahui bahwa Rammona Bakery ini memiliki cabang di Bandung. Hanya saja
belum sempat saya kunjungi.
Baca juga: Explore Tasikmalaya Part 3: Mentari Hati
Baca juga: Explore Tasikmalaya Part 3: Mentari Hati
Mie Bakso
Firman
Jl. Dr. Sukardjo No. 103, Simpang Lima
Tasikmalaya
Jl. Dr. Sukardjo No. 103, Simpang Lima
Tasikmalaya
Tutug Oncom
Benhil
Depan Kampus UPI Tasikmalaya
Jl. Dadaha Petir, Tawang
Tasikmalaya
Depan Kampus UPI Tasikmalaya
Jl. Dadaha Petir, Tawang
Tasikmalaya
0 komentar:
Posting Komentar