“Lima,
delapan, sepuluh,” dalam hati saya menghitung orang-orang yang kemudian menyusul
saya masuk ke dalam studio 9. Judul film yang hendak saya tonton ini memang tidak
sepopuler Pretty Boys dan Danur 3 yang menjadi kawan seangkatannya di bioskop
Indonesia. Namun bila mungkin dapat sedikit menaikkan biaya promosinya, Ne Zha
seharusnya dapat menjadi santapan lezat bagi masyarakat Indonesia.
Untung saja
lah saya merupakan salah seorang beruntung yang tanpa sengaja membaca ulasan
akun Watchmen.id dan Bicara Box Office tentang film ini di lini masa twitter. Informasi
tentang predikat film terlaris ke-2 sepanjang masa di Tiongkok, cukup menggugah
rasa penasaran saya akan film ini. Ditambah dengan berbagai testimoni netizen yang
menyatakan mengenai kualitas visualnya yang luar biasa. Walau sebetulnya, saya
belum begitu menangkap kekerenan film ini dari trailer-nya.
Setelah
menonton film ini, saya harus setuju dengan pendapat yang berkeliaran bebas di
social media, bahwa untuk ukuran film animasi, gambarnya sangat…sangat memanjakan
mata. Bagi saya, Ne Zha menjadi film animasi dengan kualitas visual terbaik yang
dikemas dengan rentetan adegan pertarungan yang menggelegar. Rasa takjub melemparkan
ingatan saya pada saat menonton fighting
scene Son Goku vs Frieza dalam Dragon Ball Z di Indosiar dulu, namun tentu
dengan level visual yang jauh di atasnya.
Ne Zha ini
sebetulnya bukan karakter asing bagi penonton Indonesia seumuran saya. Dulu ia
dikenal dengan nama Na Cha ketika sempat muncul pada serial Kera Sakti, dan beberapa
film mandarin lainnya. Sama halnya dengan di serialnya dulu, tokoh cerita legenda
Tiongkok ini selalu digambarkan sebagai anak nakal yang sulit untuk
dikendalikan, sehingga lehernya harus dibelenggu oleh gelang sakti. Mirip-mirip
dengan Sun Go Kong yang kepalanya harus dibelenggu oleh semacam ikat kepala
besi.
Ciri khas
lainnya juga terlihat dari penampilannya yang digambarkan berbaju merah, memiliki
rambut yang dicepol kiri kanan, bersenjatakan
tombak yang bisa mengeluarkan api, serta mempunyai cakram kembar yang bisa ia
gunakan sebagai kendaraannya.
Tak cuma
bermodalkan tampilan visual, Ne Zha juga menyajikan cerita yang sangat baik.
Tentunya ini bukan kali pertama cerita legenda Ne Zha diadaptasi ke dalam
sebuah film, namun saya merasa film Ne Zha inilah yang terbaik. Selain ada
beberapa adegan memorable yang cukup
membuat mata berkaca-kaca, beberapa tokoh lain yang ditampilkannya pun
berkarakter sangat kuat. Mungkin bila ada action
figure tokoh-tokoh tersebut yang dijual di Indonesia, saya akan membelinya.
Plot dalam ceritanya memang berjalan cukup serius, namun komedi yang
dimunculkan cukup berhasil memberi tawa dan kesan tersendiri.
Secara
garis besar, bagi saya Ne Zha sangat layak disandingkan bahkan dengan deretan
film animasi buatan pixar. Tahun ini setidaknya ada Toy Story 4, dan Ne Zha
yang telah mencuri perhatian. Entah bagaimana dengan nasib Frozen 2 pada akhir tahun
ini. O..yah, Nezha ini juga memiliki tiga credit
scene. Satu di awal, satu di tengah, dan satu di akhir. Pengumuman akan
adanya credit scene ini bahkan diberitahukan
secara gamblang saat credit mulai
bergulir di layar. Sepertinya akan sangat menarik bila Ne Zha dibuat sekuelnya.
Nah, bagi
yang penasaran dengan kerennya film ini, sebaiknya segera bergerak ke CGV
terdekat yang menayangkannya di kota kamu. Karena bila melihat awareness masyarakat serta jumlah layar
yang tersedia, rasanya film ini tak akan berumur panjang di Indonesia. Bagi
yang berdomisili di Bandung, dapat menyaksikannya hanya di CGV Paris van Java.
0 komentar:
Posting Komentar