“Ngeteh” merupakan istilah yang kalah pamor dibandingkan
“ngopi” belakangan ini. Bukan hanya
karena lebih banyak tempat ngopi dibanding
tempat ngeteh, tapi juga term ngopi juga lebih sering digunakan
orang saat mengajak kawannya untuk nongkrong dan ngobrol, seperti “yuk ah,
ngopi dulu”, bukan “yuk ah, ngeteh dulu”. Walaupun kadang sama sekali tidak ada
minuman kopi di atas meja. Saya pribadi lebih bisa menikmati teh dibandingkan
dengan kopi. Bukan berarti saya tak menyukai kopi, namun karena saya tak bisa
terlalu membedakan rasa antara satu kopi dengan kopi lainnya. Saya tak bisa
membedakan kopi Gayo, Toraja, ataupun Ciwidey, Arabika dengan Robusta, Latte
dengan Macchiato, ataupun hasil seduh Vietnam Drip dengan V60. Saya tahunya
kalau kopi itu antara pait, asem, enak, dan enak banget. Sedangkan untuk teh,
saya cukup bisa membedakan berbagai macam rasa, dari yang floral, fruity, dan spicy. Oleh
karena itulah, begitu tau sekarang sudah kembali ada tea house di Bandung bernama
Teabumi, saya pun langsung meluncur saat akhir pekan.
Salah satu sudut Instagrammable di Teabumi Bandung |
Lokasi
Teabumi yang berada di Pajajaran ini merupakan sebuah berkah, karena tempat ngeteh lainnya yang saya tau berada
cukup jauh di kawasan Dago Atas. Kalau mampir ke sana, lebih baik sekalian
berwisata ke Tebing Keraton. Walaupun mengusung teh sebagai produk utamanya,
rupanya Teabumi ini juga masih menyediakan kopi untuk menarik coffee person untuk datang ke sini. Ya,
kalau sudah di sini, saya rasa pengunjung pun akan melirik pilihan menu teh,
yang di luar kebiasaan, hadir menggempur daftar menu yang ada.
Cerdiknya,
menu teh di sini dibagi ke dalam dua kategori, yakni Ice Tea & Mocktail,
serta Artisan Tea. Untuk kategori menu Ice Tea & Mocktail diisi oleh
minuman-minuman teh dingin yang rasanya bisa dibilang cukup nge-pop, dan bisa masuk ke selera banyak
orang, seperti Lychee Tea, Lemon Tea, dan Teh Pletok. Sedangkan untuk Artisan
Tea, terdapat menu-menu yang namanya cukup menggelitik rasa penasaran orang
akan rasa teh di baliknya, mulai dari Golden Needle, Radiant Yellow Tea,
Srikantea, Sinensis Red Tea, dan Teabumi Signature. Namun sayangnya, bagi saya
beberapa deskripsi dari menu-menu Artisan Tea ini terlalu berlebihan, dan
cenderung membingungkan orang yang bermaksud memesan teh tersebut. Kalimat
seperti “racikan sederhana, sensasi istimewa”, “rasa baru yang menakjubkan”,
hingga “kelembutan kasih, dan kehangatan cinta”, justru membuat informasi utama
dari produk mereka menjadi kurang tersampaikan. Untuk teh yang diberi judul
Artisan Tea, sebetulnya harga-harganya sendiri terbilang cukup bersahabat.
Harganya masih berada di kisaran Rp30.000-an. Hanya Teabumi Signature saja yang
harganya menclok sendirian di angka Rp60.000. Ya, tapi wajar saja, namanya juga
signature menu.
Beberapa Artisan Tea yang Dijual di Teabumi |
Di samping
minuman, beberapa pilihan makanan berat, dan cemilan pun tersedia dengan cukup
bervariasi. Saat itu saya memesan satu porsi dimsum isi 3 pcs seharga Rp15.000
untuk menemani Golden Needle dan Radiant Yellow Tea yang saya pesan. Dari kedua
jenis teh tersebut, Golden Needle lebih saya sukai. Mungkin karena basic menu ini adalah black tea yang biasa saya stock di rumah, namun dengan rasa yang
lebih kaya. Sedangkan untuk Radiant Yellow Tea, rasanya cukup baru di lidah
saya, dan agak sedikit asam, seperti ada campuran buahnya. Dalam deskripsi
menunya, memang dikatakan bahwa jenis teh ini merupakan inovasi terbaru petani
Indonesia. Memang dari segi warnanya ia lebih terlihat seperti kuning muda. Seluruh
menu teh di Teabumi ini disajikan dengan teko ber-filter, dan gelas sloki, serta semangkuk kecil kacang. Rasanya sih
seperti kacang bawang, cuma ukurannya lebih besar.
Satu porsi Golden Needle di Teabumi |
Sebagai
tempat nongkrong, Teabumi yang berlokasi di Jl. Pajajaran No. 72, Bandung ini
memiliki tempat yang sangat ideal, tak kalah dengan coffee shop hits di Bandung. Daya tariknya berada di rumah berdesain
klasik yang mereka gunakan. Entah bangunan ini masuk kategori bangunan heritage atau tidak, yang pasti
tempatnya nyaman. Ia juga memiliki area indoor,
dan outdoor. Cocok untuk kumpul
bareng teman. Walaupun sepertinya ketika saya berkunjung ke tempat ini, yang hangout lebih banyak dari generasi X,
dan angkatan di atasnya lah. Point menarik
lainnya, tea house ini juga dihiasi
oleh banyak karya foto keren yang tak hanya bagus secara teknis, tapi juga “berjiwa”.
Saya yakin siapapun yang memotret foto-foto ini benar-benar merupakan seorang
seniman potret.
Nah, buat
para penikmat kopi, pecinta senja, nggak ada salahnya untuk habit ngopi-nya sekali-kali dicoba diganti
dulu dengan ngeteh di Teabumi ini.
Karena sebetulnya bila menilik sejarah teh sendiri, minuman yang satu ini pun
populer sebagai medium bersosialisasi. Bahkan di Inggris sana, ngeteh merupakan sebuah budaya yang
melebihi ngopi. Untuk kualitas teh
Indonesia pun tak kalah bersaing dari kopi. Banyak produk teh di kawasan
Bandung Raya pun menjadi salah satu komoditas ekspor utama dari Jawa Barat.
0 komentar:
Posting Komentar