Tahu yang sudah masak dan siap dipotong |
Proses pengadukan adonan tahu |
Setelah sedikit bernostalgia dengan para tetangga yang
pernah menjadi bagian dari kehidupannya, Hevi kemudian mengajak untuk
berkeliling ke berbagai pabrik tahu yang berderet di Jl. Aki Padma yang seluruhnya
sudah memiliki sebuah papan nama dengan brand
masing-masing. Rata-rata memang merek-merek tahu tersebut dinamai
menggunakan nama sang pemilik usaha, seperti Galih Tahu dan Tahu Sutra M.
Jamaludin. Setiap pabrik yang dikunjungi tak selalu sama dalam sistem
operasional pembuatannya. Ada yang hanya membuat tahu dari pukul 2 siang, namun
ada juga yang memberlakukan sistem shifting, hingga pabrik tahunya tersebut
dapat bekerja 24 jam penuh. Wajar bila pabrik tahu di sini bisa sampai
berproduksi non-stop, kebutuhan akan penganan yang satu ini sudah tak dapat
terelakkan. Mulai dari kebutuhan langsung sehari-hari sebuah rumah tangga
sampai restoran besar pun membutuhkan tahu untuk melengkapi hidangannya.
Tak hanya soal sistem operasionalnya yang berbeda-beda,
resep dan cara pengerjaan pun takkan sama satu sama lain. Walaupun semua tahu
ini berasal dari daerah Cibuntu, dijamin dari segi rasa akan terasa bedanya,
maka dari itu sekarang setiap pabrik tahu sudah mengemas tahunya dengan merek
masing-masing agar setiap pelanggan dapat membedakannya, setidaknya begitu yang
dijelaskan oleh Kang Jamal saat berada di rumahnya. Bahkan tahu yang dibuat adiknya
yang memiliki usaha tahu sendiri dan menggunakan resep yang sama dengan yang digunakan
olehnya akan memiliki rasa yang berbeda dari tahu yang dibuatnya. “Beda tangan
beda rasa”, begitu ucapnya.
Kang Jamal ini dulu orang pertama yang mengembangkan tahu
hingga kini memiliki beberapa varian jenis tahu yang dapat ditemukan di
berbagai tempat. Ialah yang pertama kali memperkenalkan Tahu Sutra hingga
dijuluki Jamal Tahu Sutra. Setelahnya ia pula yang mengembangkan varian Tahu
Susu dan Tahu Keju. Termasuk produk Tahu Susu yang terkenal di wilayah Bandung
Utara saat ini, ialah yang dulu melatih para pegawai di tempat tersebut untuk dapat
membuat tahu susu. Sampai sekarang tahu susu merupakan tahu dengan harga jual
termahal karena menggunakan banyak bahan susu. Ada yang membuatnya dengan susu
murni, namun ada juga yang membuatnya dengan menggunakan susu bubuk kemasan yang
katanya untuk lebih memunculkan aromanya.
Dari segi proses, Tahu Sutra M. Jamal ini kini menggunakan
bahan bakar yang disebut dengan wood
pellet. Baru sekitar 2 minggu Kang Jamal mencoba menggunakannya untuk
mengakali bahan bakar gas yang kian terbatas. Wood pellet adalah bahan bakar yang dibuat dari kayu yang di press
hingga menyerupai puntung rokok. Memang bahan bakar menjadi isu utama dalam
industri tahu di Cibuntu, sulitnya mendapatkan bahan bakar gas membuat para
pengusaha tahu harus lebih kreatif memanfaatkan sumber daya yang ada.
Saat ditanyakan bagaimana pengembangan tahu ini menjadi
sebuah kawasan wisata terpadu dengan sebuah toko souvenir serba tahu, kang
Jamal hanya menjawab bahwa dirinya kesulitan dengan masalah tempat. Selanjutnya
beliau juga bercerita mengenai rencana keberadaan toko souvenir tersebut pernah
diusung oleh salah satu dinas terkait, namun sudah lama sekali tidak ada
kelanjutannya. Selain keterbatasan soal tempat, akses menuju Cibuntu yang
terkadang kena dampak banjir saat hujan besar juga belum teratasi, padahal
Sentra Indutsri Tahu Cibuntu ini sangat dekat letaknya dari pintu Tol Pasir
Koja yang dapat memudahkan wisatawan untuk berkunjung.
Kunjungan kami ke rumah Kang Jamal pun tak lengkap rasanya bila tak disuguhi tahu sutra yang menjadi andalannya. Tahu-tahu yang masih mengepulkan asap pertanda masih sangat segar diangkat dari tempat perebusan tersaji lengkap dengan kecap yang dibubuhi irisan cabe tipis. Tak sampai dengan lima menit, tahu-tahu tersebut sudah lenyap bagaikan disulap.Memang berbeda tahu-tahu yang disajikan oleh Kang Jamal ini, selain karena gratis, tahu-tahu ini teksturnya sangat lembut dan langsung melebur saat bersentuhan dengan dinding mulut. Dan ini pertama kalinya saya mencicipi tahu yang disajikan langsung mentah-mentah tanpa digoreng, ternyata rasanya juga enak kok.
Tahu sutra yang dimakan langsung setelah selesai diolah |
Ah..asal tahu saja, tahunya tahu-tahu yang dibuat di Cibuntu ternyata
menggunakan kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat. Kualitas dan kuantitas
yang tidak cukup baik dari yang dihasilkan oleh para petani lokal Indonesia
membuat pengusaha tahu terpaksa untuk membeli kedelai dari Negeri Paman Sam
tersebut. Tentu bila nilai dollar atas rupiah sedang naik, pengusaha tahu akan
kelabakan, karena para pelanggan tidak mau tahu tentang masalah tahu sang
penjual tahu, padahal ada ratusan orang di Cibuntu yang menggantungkan hidupnya
dari industri tahu. Saya juga baru tahu, karena baru diberi tahu kemarin saat
berkunjung ke blok tahu dari para pengusaha tahu yang cukup tahu soal tahu.
Lalu bagaimana dengan sikap pemerintah dan para pelanggannya? Ya..cukup tahu
saja!
Penawaran menarik awal tahun 2020 dari Toyota.
BalasHapusSilahkan hubungi Erny di no.tlp & wa 0818221936