Salah satu mural di Blok Tempe |
Blok Tempe yang berwarna |
Akhirnya kami disambut oleh beberapa warga untuk berbincang santai
di dalam Bale. Salah seorang yang dipanggil dengan nama Kang Iwan ditunjuk oleh
kawannya yang lain untuk menjadi juru bicara. “Yah dulu bisa dibilang pemuda
kampung sini tuh adalah sampah masyarakat, sering bentrok juga sama kampung
sebelah, kalau udah lewat maghrib suasananya mencekam, anak gadis pasti
dilarang keluar sama orang tuanya”, begitu cerita pembuka dari Kang Iwan mengenai
masa lalu Blok Tempe. Kang Iwan menuturkan bahwa sebelumnya sudah banyak yang
mencoba merubah keadaan para pemuda di Blok Tempe, namun dengan cara yang
kurang tepat, sehingga justru para pemuda di sini malah menjadi melawan balik,
bahkan sempat ada seorang Ustadz yang akhirnya pindah rumah dari Blok Tempe. “Namun
diantara kami, ada satu orang kawan yang bisa dibilang paling maju dan mencoba
melakukan pendekatan sebagai seorang teman untuk membantu kami ke arah yang
lebih baik”, lanjut Kang Iwan. Sambil menunjuk sebuah rumah yang tepat berada
di seberang Bale, Iwan kembali bercerita, “Nah Kang Reggy Munggaran yang
rumahnya persis di depan sini yang sudah banyak membantu kami dengan pendekatan
yang lebih enak”. Pendekatan yang dilakukan Kang Reggy Munggaran kepada pemuda
Blok Tempe itu tidak sebentar, karena berlangsung kira-kira dari tahun 1995
sampai tahun 2000.
Pada tahun 2000-an awal kerja keras Kang Reggy mulai
membuahkan hasil, para pemuda Blok Tempe sudah dapat diajak untuk membangun
kampung mereka sendiri. Namun karena masih banyaknya keterbatasan, kemudian Kang
Reggy mengajak Kang Emil yang saat itu masih merupakan ketua BCCF (Bandung
Creative City Forum) untuk mendukung programnya di Blok Tempe. Program pertama
yang dilakukan pemuda Blok Tempe dan BCCF adalah membuat sumur resapan.
Sebelumnya kawasan Blok Tempe ini merupakan salah satu kawasan langganan
banjir. Letaknya yang tepat berada di samping aliran Sungai Citepus menjadi
salah satu penyebabnya. Setelah dibuat
21 sumur resapan di daerah tersebut, Blok Tempe sudah tidak pernah terkena banjir
lagi. Dan sebagai bentuk edukasi, warga Blok Tempe yang ketahuan membuang
sampah sembarangan apalagi membuangnya ke sungai akan dihukum push-up sebanyak
50 kali, hal ini juga berlaku untuk anak-anak agar terbiasa sedari kecil.
Setelah masalah banjir teratasi, pembangunan Blok Tempe
mulai menyentuh aspek fisik kampung. Salah satunya dengan keberadaan ruang
publik berbentuk Bale yang berdiri pada tahun
2010 dan menjadi tempat kami berbincang saat itu. Sepasang cap tangan yang merupakan cap tangan dari Kang Emil diletakkan
di bagian depan Bale. Di Bagian bawah cap tangan tersebut tertulis Kartoon
Ervat, pada awalnya saya kira itu merupakan nama seorang asing yang meresmikan
Bale tersebut, namun ternyata Kartoon Ervat itu adalah sebuah singkatan dari
Karang Taruna Erte Ovat. Kreativitas ala Kang Emil jadi sangat terasa pada
unsur penamaan tersebut. Blok Tempe ini pula yang membawa Kang Emil mendapatkan
pernghargaan “Urban Leadership Awards” dari University of Pennsylvania, Amerika
Serikat karena berhasil membantu warga di Blok Tempe mendapatkan ruang publik
yang dananya berasal dari udunan warga sendiri.
Bisa dibilang Kang Emil dan Blok Tempe tumbuh besar
bersama-sama. Kang Emil mendapat dukungan penuh saat mencalonkan diri menjadi
Walikota Bandung dari Blok Tempe. Dan popularitas Blok Tempe pun kini melejit
karena Kang Emil mendapatkan penghargaan atas bantuannya. Perkembangan Kota Bandung
yang kebanjiran program kerjasama dengan Negara lain saat ini pun tak lepas dari transformasi yang terjadi di Blok Tempe,
para investor asing tak segan untuk menggelontorkan dananya di Kota Bandung
karena melihat keberhasilan perubahan kampung ini. Kini tak jarang wisatawan
asing berminat untuk mengunjungi langsung wilayah ini karena pamornya. Bahkan
pernah ada seorang fotografer asal Prancis menyelenggarakan pameran foto di
Blok Tempe ini. “Tiap bulan pasti ada aja artis yang kesini, waktu peresmian kan
ada Luna Maya, terus Kang Edi Brokoli pasti kesini sebulan sekali buat ikut
nongkrong”, tutur Miki yang juga ikut dalam perbincangan kami yang biasa menjadi
Contact Person untuk Blok Tempe. Event
musik underground sekaliber Hellprint pun menggunakan public space yang dimiliki oleh Blok
Tempe saat pertama kali menyelenggarakannya.
Blok
Tempe, dulu mencekam, kini rupawan. Bale Kartoon Ervat yang dimiliki kampung
ini menjadi sarana edukasi, hiburan dan kebersamaan warga. Mulai dari ngaliwet, nobar Persib, senam ibu-ibu
sampai pengajian dan pendidikan anak usia dini dilakukan di Bale tersebut.
Berkat namanya yang kini harum, tak sulit bagi warga Blok Tempe untuk
mendapatkan berbagai akses fasilitas publik di masyarakat. Dari pengalaman kunjungan ke Blok
Tempe, saya rasa bukan aspek fisik semata yang berhasil dibangun di Blok Tempe,
justru aspek mental yang berhasil direvolusi dengan baik. Kebersamaan,
keramahan dan semangat telah menjadi nilai berharga yang kini lekat dengan
warga Blok Tempe dan patut dijadikan pelajaran bagi kita semua.
Mancap ini, aku pernah denger tentang kampung ini, katanya banyak mahasiswa asal jerman juga yg studi banding-ngangkat tema skripsi tentang kampung ini.
BalasHapusPatut di banggakan
Iyah, cukup banyak yang datang, bahkan ikut menginap di sini selama berbulan-bulan :)
Hapus