Kita kapan punya cerita? #eh
Braga, satu jalan di kota Bandung yang syarat akan makna dan
sejarah. Pada masa pendudukan Hindia Belanda, jalan Braga ini dinamakan Pedati Weg atau jalan pedati karena
memang banyak dilalui pedati, sampai akhirnya jalan Braga ini mengalami
perubahan yang signifikan sejalan dengan pemberdayaan Braga sebagai pusat kota,
bahkan menjadi jantung Parijs Van Java.
Berbagai bangunan dengan gaya arsitektur Belanda masih
lestari sampai sekarang dan menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung
kemari, dari mulai Societe Concordia di ujung jalan yang kini jadi Gedung Merdeka
sampai De Javasche Bank yang menjadi Bangunan Bank Indonesia kini.
Tak hanya bangunan berskala besar yang menjadi warisan
budaya di Jalan Braga, berbagai bangunan lain di sepanjang jalan yang kini
ditempati oleh macam-macam spot kuliner dan fashion masih mempertahankan bentuk
orisinilnya.
Salah satunya café yang satu ini, Braga Punya Cerita, dari
namanya saja sudah menunjukkan bahwa café ini merupakan bangunan yang menjadi
saksi cerita kota Bandung dari tahun ke tahun. Walaupun sebelumnya bangunan ini
tidak difungsikan sebagai café tapi merupakan toko pakaian Kellers Modemagazijn
sebelum pindah ke selatannya Braga Permai (sekarang Toko Sibayak).
Untuk menemukan café ini tidak sulit, karena plank nama “Braga
Punya Cerita” cukup jelas dan besar terpampang di bagian depan bangunan, lokasi
tepatnya berada di Jl. Braga No.64 Bandung tak jauh dari Maison Bogerijen (Braga Permai). Dari situasi fisiknya, cukup jelas
terlihat kondisi bangunan yang masih mempertahankan fisik aslinya, ditambah
dengan berbagai dekorasi baru yang selfieable
menambah kesan pop pada café ini.
Begitu masuk ke dalam café, bila menengok ke sebelah kanan
terdapat satu tembok yang ditempel berbagai foto keseruan dari pengunjung yang
pernah menikmati kuliner di Braga Punya Cerita, salah satu fotonya ada foto
Walikota Bandung bapak Ridwan Kamil dan sang Istri Ibu Atalia Kamil sedang
menyantap salah satu jamuan.
Memasuki ruangan utama di sekitar temboknya terdapat
beberapa informasi bangunan heritage yang ada di sekitar Jl. Asia Afrika dan
Braga, informasi tersebut mencakup bagaimana bangunan tersebut digunakan pada
Bandung Tempo Doeloe. Menuju ke lantai 2, di dinding seputaran tangga ditempel sketsa-sketsa wajah Walikota Bandung dari mulai walikota pertama R.A Wiranata Kusumah sampai Walikota saat ini Ridwan Kamil.
Musholla yang sangat nyaman juga tersedia langsung begitu
kita melangkahkan kaki di lantai 2, bila kita menengok ke sebelah kanan
musholla terdapat tempat makan berformat roof garden yang asri, dan bila kita
menengok ke sebelah kiri, satu food hall yang luas siap menjadi lokasi yang sesuai
untuk dipakai acara gathering keluarga ataupun teman sejawat. Beberapa
infografis dan barang yang unik pun masih menghiasi mayoritas dinding ruangan
lantai 2 ini. Satu hal lain yang menarik adalah nomor meja yang biasanya berfungsi sebagai penanda pesanan memiliki kegunaan lain yaitu sebuah buku, saya sebetulnya agak penasaran ketika melihat nomor meja yang dibuat tebal, dan ketika saya coba teliti nomor meja tersebut adalah sebuah buku yang mengulas mengenai sejarah Braga pada jaman pemerintahan Hindia Belanda yang ditulis oleh Ridwan Hutagalung dan Tauffanny Nugraha.
Lalu bagaimana dengan hidangan yang dimiliki Braga Punya
Cerita? Dari hidangan tradisional seperti soto sampai hidangan modern seperti
steak ada disini, dari mulai milk shake sampai bandrek dengan harga di kisaran
20-30 ribu saja. Bingung cari tempat makan yang cozy namun worth buy? Braga
punya cerita bisa menjadi pilihan utama kamu bersantap ria dengan kerabat.
0 komentar:
Posting Komentar