Siapa yang di kotanya ada car free day? Saya rasa di tahun 2015 ini hampir di semua kota besar dan kota suburban di Indonesia sudah menyelenggarakannya rutin mingguan. Bermula pertama kali di Jakarta pada tahun 2001 (sumber : carfreedayindonesia.org) namun bukan event rutin mingguan seperti sekarang, car free day merupakan event tahunan yang ditujukan mengurangi emisi gas di kota-kota besar. Barulah ketika tahun 2009-2010, intensitas car free day makin meningkat dan mulai diikuti kota-kota besar lainnya termasuk Bandung, yang dimulai dari ruas jalan dago yang kemudian diikuti Jalan Merdeka, Jalan Buah Batu dan kini Jalan Asia Afrika. Namun memang dari keempat ruas jalan tersebut CFD Dago adalah car free day yang paling hidup, segala aktivitas tumplek disana, padahal awalnya CFD diadakan sebagai salah satu agenda lingkungan hidup untuk menyadarkan betapa pentingnya mengurangi gas buang emisi dari kendaraan bermotor, maka dari itu saat pertama kalinya diadakan banyak orang yang berbondong-bondong membawa perlengkapan olahraga untuk mengisi ruas jalan yang kosong, dari mulai lari pagi, futsal, badminton sampai bersepeda.
Ada gula ada semut, makin banyak gulanya, semut-semut mulai berdatangan, ketika minggu-minggu berikutnya CFD diadakan kembali para pedagang mulai ikut meramaikan CFD untuk mendapatkan jatah rezeki yang bisa didapatkan dari pengunjung yang makin hari makin bertambah banyak.
Tak hanya pedagang asongan yang hadir di CFD, para perusahaan besar pun mencium kesempatan yang dapat dihadirkan oleh adanya CFD, karena hanya di CFD Dago perusahaan bisa mendapatkan atensi besar dari masyarakat hanya dalam hitungan jam, dan bisa menimbulkan efek yang masif dengan cara yang efektif. Berbagai aktivitas promosi dan publikasi digelar oleh berbagai perusahaan untuk membuat merek dagang mereka dikenal dan tentunya bisa berefek pada penjualan produk.
Namun, banyaknya pengunjung dan pedagang yang makin lama makin berjubel di CFD melahirkan masalah baru, salah satunya adalah sampah, selalu setelah event car free day berakhir hasilnya meninggalkan banyak sampah yang menambah pekerjaan rumah bagi petugas kebersihan untuk membersihkannya, entah dari kemasan pembungkus jajanan yang dijual disitu maupun dari brosur yang disebar perusahaan dalam rangka publikasi produk dan merek.
Masalah sampah yang hadir mengundang Pak Sariban, seorang relawan lingkungan yang sebenarnya sudah bergerak sukarela membersihkan kota Bandung dari tahun 1980-an untuk hadir secara rutin di CFD untuk menyuarakan bagaimana pentingnya menjaga lingkungan, sehingga menjadikan pak Sariban ini menjadi ikon CFD Dago. Untuk menyebar massa CFD, lokasi pelaksanaan CFD mulai disebar dengan mengadakannya di beberapa daerah seperti buah batu dan jalan merdeka, namun cara tersebut tidak mampu juga untuk menyebar massa, karena masyarakat tetap lebih banyak datang ke CFD Dago, padahal situasi CFD di Dago sudah mengarah ke situasi yang tidak kondusif, orang-orang sudah tidak nyaman untuk berolahraga apalagi bersepeda karena padatnya pengunjung yang datang, belum lagi sempitnya jalan yang disebabkan oleh event yang diselenggarakan perusahaan ataupun sebuah kampanye sosial dari sebuah organisasi.
Tren Car Free Day pun mulai berubah, saat sebelumnya orang datang ke car free day untuk olahraga, kini tujuan warga yang datang lebih kepada jalan-jalan sambil mejeng atau bahkan sudah diniatkan untuk belanja, kalau dulu masih banyak yang datang ke CFD memakai jersey dan celana training, sekarang yang dominan datang ke CFD sudah memakai celana Jeans dan aksesori yang wah.
Memang tujuan awal diselenggarakannya CFD adalah untuk mengurangi emisi gas buang pada kendaraan bermotor yang menurut saya tujuan ini tidak tercapai, karena tetap saja para penduduk kota datang ke car free day menggunakan transportasi bermotor, termasuk beberapa pesepeda pun datang ke lokasi car free day menggunakan mobil yang kemudian sepedanya diangkut dari dalam mobil, mobil yang tidak dapat melewati jalan utama Ir. H. Djuanda pun tetap dapat berjalan melalui jalan alternatif lainnya, itu berarti hampir tidak ada pengurangan emisi dari gas buang kendaraan bermotor secara signifikan.
Akan tetapi ada juga banyak hal yang CFD sudah banyak ciptakan terutama bagi kota Bandung, sebelum adanya fasilitas dan gerakan taman kota yang digagas Walikota Ridwan Kamil sekarang, Car Free Day telah menjadi sarana bertemunya para penduduk kota untuk dapat beraktivitas apa saja, saling bertegur sapa dan menjadi wadah positif untuk menyuarakan isu sosial yang dapat diketahui warga secara masif, hal-hal yang sebelumnya tidak banyak diketahui oleh masyarakat awam yang lebih sering diam dirumah.
Kota yang sehat adalah kota yang warganya senang untuk beraktivitas di luar rumah, saling berinteraksi, bertukar pikiran secara langsung tanpa terbebani pulsa maupun sinyal ataupun kesenjangan gadget lainnya. Setidaknya ketika penduduk kota datang ke car free day ini mereka meniatkan diri untuk bangun pagi dan sedikitnya menggerakan tubuhnya untuk berjalan kaki di area CFD.
Setidaknya mereka datang ke CFD untuk melakukan transaksi jual beli dengan sistem tawar menawar secara langsung di lokasi, bukan melihat harga pas yang tertera di sebuah layar HP ataupun monitor ukuran 14 inchi.
Setidaknya anak-anak dapat bermain berlarian sesuka hati tanpa harus khawatir memecahkan barang pecah belah ataupun mengurung diri seharian di kamar yang membuat tagihan listrik dan internet menjadi membengkak di akhir bulan.
Saya mulai rutin datang ke car free day sejak tahun 2012, saya pun termasuk salah seorang yang pernah sedikitnya mencoba merasakan mendapat rezeki dari berjualan bersama salah seorang teman disini, tak terlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan saat berjualan di CFD Dago ini, sedikitnya cukup dengan membayar uang kebersihan sebesar 6000 rupiah dan sebungkus rokok untuk Satpam toko atau kantor yang teras depannya kita gunakan untuk berjualan, untuk sistem di 2015 entah seperti apa dan harga yang harus dibayarnya berapa.
CFD tak hanya memiliki fungsi secara ekonomi dan sosial, namun di Bandung dari
pengalaman yang saya rasakan sendiri, Car Free Day menjadi tonggak lahir dan berkembangnya komunitas-komunitas kreatif di Bandung, hal ini baru saya sadari ketika saya dan komunitas mengikuti ajang festival berkumpulnya para komunitas di Bandung, saat saya bertanya satu persatu kepada para anggota dan komunitasnya, komunitas mereka rata-rata baru berdiri setelah tahun 2010 dan setidaknya mereka pernah melakukan kegiatan di car free day Dago Bandung ini minimal sekali, entah itu komunitas fotografi atau menggambar yang menyelenggarakan hunting atau pameran di CFD, ada juga komunitas street dance, skater, cosplay yang unjuk
kebolehan sampai komunitas pecinta hewan peliharaan seperti reptile dan musang yang cukup sering mengadakan gathering di taman cikapayang saat CFD.
Lalu kenapa berkembangnya di CFD? Hal ini tak lepas dari kebiasaan warga kota yang sejak awal diadakannya CFD, membawa masing-masing hal dan aktivitas yang mereka senangi ke CFD, saat mereka bertemu dengan orang yang memiliki hobi yang sama disitulah mulai timbul perkenalan dan pembicaraan dan tercetuslah sebuah ide untuk berkreasi. Tak hanya itu CFD yang memiliki wilayah yang luasnya memadai serta massa yang sangat banyak menjadi arena tersendiri untuk komunitas sebagai wadah unjuk kebolehan dan bakat yang mereka miliki, serta menjadi ajang perekrutan anggota baru.
Bakat dan kreativitas yang para komunitas miliki ini tidak hanya sebagai ajang pamer atau penyaluran bakat, namun juga sebagai ajang presentasi kepada publik dan pihak komersial agar dapat dilirik dalam suatu kerjasama komersial, tentunya hal yang paling menyenangkan itu saat kita melakukan apa yang kita senangi dan kita dibayar untuk itu. Seperti sebuah merek cat tembok yang pernah menggaet komunitas dance dan graffiti ataupun sebuah perusahaan provider yang mensponsori sebuah
event hunting komunitas fotografi. Semakin banyak anggota dalam komunitas maka semakin besar nilai komunitas tersebut di mata perusahaan, apalagi bila komunitasnya memiliki massa yang besar juga di akun sosial media, hal ini akan memudahkan perusahaan menarik massa saat akan mengadakan sebuah event dalam rangka meningkatkan penjualan produk mereka, begitupun sebaliknya komunitas memiliki sebuah daya tarik untuk anggota baru saat memiliki banyak agenda event-event bergengsi dengan sebuah nama brand di dalamnya.
Adanya CFD ini makin memicu kreativitas anak muda Bandung untuk berkreasi dan menggeser tren ekstrakurikuler di sekolah. Jaman saya bersekolah dulu, saya dihadapkan oleh pilihan terbatas yang dimiliki sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler, pilihan yang ada tidak jauh dari PMR, Pramuka, klub olahraga dan beladiri. Saya masih ingat seorang teman yang memiliki ketertarikan berkreasi di bidang tari, ia mengajukan proposal permohonan pendirian ekstrakurikuler break dance pada pihak kesiswaan sekolah yang sampai ketika ia lulus dari sekolah, proposal tersebut tidak pernah disetujui karena dianggap akan menambah beban biaya sekolah serta membawa pengaruh asing yang kurang baik ke lingkungan sekolah. Nah anak muda jaman sekarang daripada repot-repot mengajukan pendirian ekstrakurikuler di sekolah, lebih baik mereka buat sebuah komunitas, dengan viralnya sosial media jaman sekarang, sangatlah mudah untuk mendapatkan massa untuk anggota selama memiliki karya yang unik dan berkualitas, apalagi skala jaringannya akan jauh lebih besar dari skala sekolahan, skalanya sudah skala sebuah kota bahkan bisa menjaring skala nasional berikutnya.
Memang tujuan awal diselenggarakannya CFD adalah untuk mengurangi emisi gas buang pada kendaraan bermotor yang menurut saya tujuan ini tidak tercapai, karena tetap saja para penduduk kota datang ke car free day menggunakan transportasi bermotor, termasuk beberapa pesepeda pun datang ke lokasi car free day menggunakan mobil yang kemudian sepedanya diangkut dari dalam mobil, mobil yang tidak dapat melewati jalan utama Ir. H. Djuanda pun tetap dapat berjalan melalui jalan alternatif lainnya, itu berarti hampir tidak ada pengurangan emisi dari gas buang kendaraan bermotor secara signifikan.
Akan tetapi ada juga banyak hal yang CFD sudah banyak ciptakan terutama bagi kota Bandung, sebelum adanya fasilitas dan gerakan taman kota yang digagas Walikota Ridwan Kamil sekarang, Car Free Day telah menjadi sarana bertemunya para penduduk kota untuk dapat beraktivitas apa saja, saling bertegur sapa dan menjadi wadah positif untuk menyuarakan isu sosial yang dapat diketahui warga secara masif, hal-hal yang sebelumnya tidak banyak diketahui oleh masyarakat awam yang lebih sering diam dirumah.
Kota yang sehat adalah kota yang warganya senang untuk beraktivitas di luar rumah, saling berinteraksi, bertukar pikiran secara langsung tanpa terbebani pulsa maupun sinyal ataupun kesenjangan gadget lainnya. Setidaknya ketika penduduk kota datang ke car free day ini mereka meniatkan diri untuk bangun pagi dan sedikitnya menggerakan tubuhnya untuk berjalan kaki di area CFD.
Setidaknya mereka datang ke CFD untuk melakukan transaksi jual beli dengan sistem tawar menawar secara langsung di lokasi, bukan melihat harga pas yang tertera di sebuah layar HP ataupun monitor ukuran 14 inchi.
Setidaknya anak-anak dapat bermain berlarian sesuka hati tanpa harus khawatir memecahkan barang pecah belah ataupun mengurung diri seharian di kamar yang membuat tagihan listrik dan internet menjadi membengkak di akhir bulan.
Saya mulai rutin datang ke car free day sejak tahun 2012, saya pun termasuk salah seorang yang pernah sedikitnya mencoba merasakan mendapat rezeki dari berjualan bersama salah seorang teman disini, tak terlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan saat berjualan di CFD Dago ini, sedikitnya cukup dengan membayar uang kebersihan sebesar 6000 rupiah dan sebungkus rokok untuk Satpam toko atau kantor yang teras depannya kita gunakan untuk berjualan, untuk sistem di 2015 entah seperti apa dan harga yang harus dibayarnya berapa.
CFD tak hanya memiliki fungsi secara ekonomi dan sosial, namun di Bandung dari
pengalaman yang saya rasakan sendiri, Car Free Day menjadi tonggak lahir dan berkembangnya komunitas-komunitas kreatif di Bandung, hal ini baru saya sadari ketika saya dan komunitas mengikuti ajang festival berkumpulnya para komunitas di Bandung, saat saya bertanya satu persatu kepada para anggota dan komunitasnya, komunitas mereka rata-rata baru berdiri setelah tahun 2010 dan setidaknya mereka pernah melakukan kegiatan di car free day Dago Bandung ini minimal sekali, entah itu komunitas fotografi atau menggambar yang menyelenggarakan hunting atau pameran di CFD, ada juga komunitas street dance, skater, cosplay yang unjuk
kebolehan sampai komunitas pecinta hewan peliharaan seperti reptile dan musang yang cukup sering mengadakan gathering di taman cikapayang saat CFD.
Lalu kenapa berkembangnya di CFD? Hal ini tak lepas dari kebiasaan warga kota yang sejak awal diadakannya CFD, membawa masing-masing hal dan aktivitas yang mereka senangi ke CFD, saat mereka bertemu dengan orang yang memiliki hobi yang sama disitulah mulai timbul perkenalan dan pembicaraan dan tercetuslah sebuah ide untuk berkreasi. Tak hanya itu CFD yang memiliki wilayah yang luasnya memadai serta massa yang sangat banyak menjadi arena tersendiri untuk komunitas sebagai wadah unjuk kebolehan dan bakat yang mereka miliki, serta menjadi ajang perekrutan anggota baru.
Bakat dan kreativitas yang para komunitas miliki ini tidak hanya sebagai ajang pamer atau penyaluran bakat, namun juga sebagai ajang presentasi kepada publik dan pihak komersial agar dapat dilirik dalam suatu kerjasama komersial, tentunya hal yang paling menyenangkan itu saat kita melakukan apa yang kita senangi dan kita dibayar untuk itu. Seperti sebuah merek cat tembok yang pernah menggaet komunitas dance dan graffiti ataupun sebuah perusahaan provider yang mensponsori sebuah
event hunting komunitas fotografi. Semakin banyak anggota dalam komunitas maka semakin besar nilai komunitas tersebut di mata perusahaan, apalagi bila komunitasnya memiliki massa yang besar juga di akun sosial media, hal ini akan memudahkan perusahaan menarik massa saat akan mengadakan sebuah event dalam rangka meningkatkan penjualan produk mereka, begitupun sebaliknya komunitas memiliki sebuah daya tarik untuk anggota baru saat memiliki banyak agenda event-event bergengsi dengan sebuah nama brand di dalamnya.
Adanya CFD ini makin memicu kreativitas anak muda Bandung untuk berkreasi dan menggeser tren ekstrakurikuler di sekolah. Jaman saya bersekolah dulu, saya dihadapkan oleh pilihan terbatas yang dimiliki sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler, pilihan yang ada tidak jauh dari PMR, Pramuka, klub olahraga dan beladiri. Saya masih ingat seorang teman yang memiliki ketertarikan berkreasi di bidang tari, ia mengajukan proposal permohonan pendirian ekstrakurikuler break dance pada pihak kesiswaan sekolah yang sampai ketika ia lulus dari sekolah, proposal tersebut tidak pernah disetujui karena dianggap akan menambah beban biaya sekolah serta membawa pengaruh asing yang kurang baik ke lingkungan sekolah. Nah anak muda jaman sekarang daripada repot-repot mengajukan pendirian ekstrakurikuler di sekolah, lebih baik mereka buat sebuah komunitas, dengan viralnya sosial media jaman sekarang, sangatlah mudah untuk mendapatkan massa untuk anggota selama memiliki karya yang unik dan berkualitas, apalagi skala jaringannya akan jauh lebih besar dari skala sekolahan, skalanya sudah skala sebuah kota bahkan bisa menjaring skala nasional berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar